Review Apa Aja

Menjadi Narablog di Era Digital, Menyenangkan? Iya. Bangga? Tentu dong!

Astaga! Judulnya panjang bener. Hahaha…

Saya nge-blog sebenernya sejak tahun 2013, dulunya di blogspot. Itu bikinnya juga coba-coba, eh kok ya berhasil. Lalu mulai deh ngepost hal-hal sehari-hari, mulai dari yang receh, mewekable, sampai pencapaian. Karena kendala modem rusak, akhirnya aktifitas ngeblog pindah ke MyWapBlog, jadi via ponsel, karena saya punyanya hape jadul. Tiga tahun jadi user MWB, tiba-tiba Owner-nya ngabarin akan merobohkan blog ponsel yang didirikannya. Sedih banget rasanya waktu itu, padahal saya sudah mulai serius menulis dan sudah banyak tulisan yang saya posting. Sempat ada rasa malas nge-blog lagi, hingga suatu hari, saya kangen pengen ngeblog. Dari sekian platform blog, saya pengennya sih di blog(dot)com, tapi berhubung sering gak bisa diakses, pilihan saya jatuh di wordpress. Karena bisa diakses lewat aplikasi wordpress di ponsel pintar.

Menyenangkannya jadi Narablog, saya bisa berbagi cerita tentang Marfan Syndrome dan Skoliosis yang saya idap. Mendapatkan banyak teman pembaca —yang juga merasakan apa yang saya rasakan. Membagikan pengalaman, curahan hati, hingga pamer karya.

Alasan lain kenapa saya menulis blog, karena saya pengen jadi penulis. Eh, gak gitu juga, sih. Saya sebenernya lebih ke moment ya, apalagi saya anaknya pelupa banget, jadi ya apa dikit, ditulis.

Bonusnya, saat saya sedang bahagia, saya pasti akan baca ulang postingan-postingan lama tentang hal terberat atau apa yang sudah saya lalui. Selalu ada dan sebagai pengingat rasa syukur ketika mengenang suatu kejadian. Seperti perasaan, ‘Wah, gak nyangka ya, ujian hidup kemarin bisa terlewati’.

Sebaliknya, saat saya sedang terpuruk atau berada di titik nadir, saya akan membaca tulisan-tulisan receh yang pernah saya buat. Supaya saya gak lupa untuk tetap waras dan bahagia.

Menulis bagi saya ibarat terapi jiwa, baik self healing atau stress management. Selebihnya, menulis tentang diri saya, ya murni catatan untuk menyemangati diri-sendiri. Kalau ada pembaca yang merasa termotivasi dengan postingan saya, itu nilainya apresiasi banget bagi saya.

Bangganya menjadi Blogger adalah saat tahun lalu, salah satu tulisan saya dibaca oleh Mbok Luh De Suriyani (Bale Bengong) kemudian saya diundang berbagi cerita di Sloka Institute. Sungguh pengalaman pertama yang sangat berharga dan semoga suatu hari nanti ada pengalaman serupa yang lebih ‘WoW’ datang menghampiri saya. Ada Astungkara?

Tentang harapan saya di 2019, saya ingin blog ini ramai dikunjungi orang dan banyak pengikutnya, tentunya juga semoga bermanfaat bagi siapapun. Kemudian, pastinya bisa menghasilkan pundi-pundi dari blog, entah itu dari Adsense, Sponsorship, Endorse, Advertorial, Job Review, or endebrew. Saya pengen punya penghasilan, minimal untuk menghidupi diri-sendiri dan tidak minta (bergantung) pada orang tua.

Novel pertama yang sementara dicetak sendiri untuk pribadi, naskahnya sedang dicarikan ‘jodoh’ penerbit.

Harapan lainnya, pengen punya novel (entah novel lolos penerbit mayor or novel menang lomba (seleksi) di penerbit indie), bisa menguasai gambar-gambar (kartun chibi) vector (desain grafis), dan bikin boneka-boneka lucu (semacam mini me gitu, yang bisa kembar-kembaran baju) dari kain katun. Pastinya pengen banget karya-karya saya di bidang apapun itu (saat ini masih dalam mencari jati diri) kelak sukses dan dapat membanggakan orang tua.

Akhir kata, tulisan ini diikutsertakan dalam #KompetisiBlogNodi #NaraBlogEraDigital

Bantu doa yang terbaik ya, teman-teman. Semoga semesta memberkati kita semua.

Denpasar, 19 Januari 2019

Radita Puspa

2 thoughts on “Menjadi Narablog di Era Digital, Menyenangkan? Iya. Bangga? Tentu dong!

Leave a comment